Baliku Yang Indah | SWASTIKA lambang yang universal,
yang merupakan lambang yang juga di pakai oleh umat Hindu.
Swastika merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu, merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau kepercayaan tertentu.
SWASTIKA erat hubungannya dengan SWASTYASTU, yang merupakan salah satu simbol bagi Ajaran Dharma, adalah dasar kekuatan dan kesejahteraan Buana Agung (Makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos). Bentuk Swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaksi atau kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan dari perputaran alam ini. Keadaan alam ini sudah diketahui oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala dan lambang Swastika ini telah ada beribu-ribu tahun sebelum Masehi.
Diyakini sebagai salah satu simbol tertua di dunia, telah ada sekitar 4000 tahun lalu (berdasarkan temuan pada makam di Aladja-hoyuk, Turki), berbagai variasi Swastika dapat ditemukan pada tinggalan-tinggalan arkeologis ( koin, keramik, senjata, perhiasan atau pun altar keagamaan) yang tersebar pada wilayah geografis yang amat luas.
Wilayah geografis tersebut mencakup Turki, Yunani, Kreta, Cyprus, Italia, Persia, Mesir, Babilonia, Mesopotamia, India, Tibet, China, Jepang, negara-negara Skandinavia dan Slavia, Jerman hingga Amerika.
Swastika juga merupakan perlambang "jalannya matahari", yaitu sebagai simbol "gerak nan abadi" yang muncul dari arah "pergerakan semu" matahari dari timur ke barat. Gerak matahari ini terlihat, karena bumi berputar pada sumbunya dari kiri ke kanan (pradaksina), kemudian berevolusi mengelilingi matahari dari barat ke timur, sehingga matahari terlihat bergerak dari timur ke barat.
Swastika sebagai simbol agama Hindu juga memiliki makna perputaran dunia yang dijaga oleh manifestasi Kemahakuasaan Tuhan di delapan penjuru mata angin (asthadala) dan berpusat pada Siwa di titik tengah. Ke-9 manifestasi Kemahakuasaan Tuhan ini kemudian disebut Dewata Nawasanga.
Swastika simbol suci Agama Hindu yang sebagai dasar kekuatan dan kesejahteraan Bhuana Agung atau macrocosmos dan Bhuana Alit atau Microcosmos. Swastika sebagai lambang keselamat, kebahagia dan kesejahtra seluruh alam semesta.
Swastikan lebih bermakna sebagai "penyerapan" atau "pelepasan".
Arah ke kanan lebih pada pelepasan/penebaran energi keselamatan, kebahagiaan dan kesejahtraan (lebih bersifat makrokosmos dan microkosmos yaitu Panca Yadnya dan Panca Maha Yadnya)
Sedangkan kalau di balik (Swastika ke kiri) adalah lambang penyerapan (lebih bersifat microkosmos / Panca Sradha).
Makna simbul Swastika adalah Catur Dharma yaitu empat macam tugas yang patut kita Dharma baktikan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum (selamat, bahagia dan sejahtra) yaitu:
- Dharma Kriya = Melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab
- Dharma Santosa = Berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri sendiri.
- Dharma Jati=Tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum
- Dharma Putus=Melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat manusia.
Makna yang lebih dalam yaitu Empat Tujuan Hidup yaitu Catur Purusartha / Catur Warga: Dharma, Kama, Artha, Moksa.
- Dharma = Kewajiban/kebenaran/hukum/Agama/Peraturan/Kodrat
- Artha = Harta benda / Materi
- Kama = Kesenangan / Hawa Nafsu
- Moksa = Kebebasan yang abadi
Budha mengambil swastika untuk menunjukkan identitas Arya.
Swastika Buddha (Swastika ke kiri) karena ajaran buddha lebih menekankan penyerapan nilai-nilai keselamatan, kebahagiaan dan kesejahtraan. Dan warna merah tetap dipertahankan sebagai nilai-nilai dharma.
Tentu kekuatan warna Swatika juga berpengaruh dalam proses pelepasan atau penyerapan.
Kekuatan warna putih. Kekuatan warna merah. Kekuatan warna kuning. Kekuatan warna hitam.
Sedangkan kekuatan warna panca warna dari porosnya diwujudkan dalam warna logam emas atau permata mirah. Kekuatan ini juga sesuai dengan kekuatan Dewa-Dewanya.
Swastika yang lengkap dan ampuh adalah yang bertitik empat di tengah-tengah setiap lekukan, ditambah dua garis masing-masing di kiri kanan swastika yang melambangkan dharma dan adharma, secara seimbang. Dan porosnya adalah lambang Siwa.
Swastika dalam berbagai bangsa
Simbol ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya, Hittite, Celtic serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.
Swastika pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral, terutama bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan Gallic-Roman (yang altar utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda), pemeluk kepercayaan Celtic kuna (swastika melambangkan Dewi Api Brigit), pemeluk kepercayaan Slavia kuno (swastika melambangkan Dewa Matahari Svarog) maupun bagi orang-orang Indian suku Hopi serta Navajo (yang menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan). Jubah Athena serta tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi dengan simbol tersebut.
Di pihak yang lain, Swastika juga menempati posisi sekuler sebagai semata-mata motif hiasan arsitektur maupun lambang entitas bisnis, mulai dari perusahaan bir hingga laundry.
Bahkan perusaha besar Microsoft menggunakan lambang swastika miring ke kanan 45 derajat, mungkin sebagai lambang keberuntungan. Karena sampai saat ini tercatat sebagai perusahaan terkaya di Dunia.
Bahkan, swastika juga pernah menjadi simbol dari sebuah kekejaman tak terperi saat Hitler menggunakannya sebagai perwakilan dari superioritas bangsa Arya. Jutaan orang Yahudi tewas di tangan para prajurit yang dengan bangga mengenakan lambang swastika (Swastika yang “sinistrovere”: miring ke kiri sekitar 45 derajat) di lengannya.
Swastika sebagai lambang Dewa Ganesha (anak Shiva yang bermuka gajah), sebagai makna Catur Dharma.
Kata Krishna pada Arjuna di medan pertempuran .. ketika Arjuna harus berperang melawan saudaranya sendiri inilah yang salah ditapsirkan oleh Hitler yaitu “Lakukanlah apapun yang harus kau laukukan selama itu adalah tugasmu. Kau harus mengemban tugasmu dengan baik walaupun itu berarti harus membunuh (untuk kebaikan), karena melakukan tugasmu dengan baik adalah bentuk pengabdian pada Tuhan”
Hitler mungkin tertarik pada arti swastika makanya dia mengambil lambang swastika dan membaliknya, makanya dia bisa mambunuh dengan tanpa rasa bersalah. Karena dia berpikir apa yang diperbuatnya adalah apa yang benar. Dia berlindung dibawah Swastika yang arahnya terbalik, yang semestinya untuk makna Catur Dharma.
Jadi, Swastika adalah kebudayaan yang sudah diakui sejak dahulu kala,
Some people believe that the display of any sort of swastika should be forbidden because it is offensive to Jews. From first-hand experience, i can assure you that dozens of elderly German Jews i personally know who lived through or escaped the holocaust, were and are well aware that the swastika pre-dated the Nazis and do not consider it a Nazi symbol. One thing most of them have learned -- and have taught to me -- is that RELIGIOUS TOLERANCE is a key to preventing future holocausts. Therefore they honour and respect the religious iconography of others. including the Jains and the Hindus, who revere the swastika as a symbol of a symbol of long life, good health, and good luck, and the special symbol of the Hindu elephant headed god Ganesh. My own mother, a Jew raised in Germany in the early 20th century, tells me that her family's sun-porch had an inlaid tile design of swastikas on the floor -- and her mother once told her it was "wrong" of Hitler to use the symbol as a political emblem. The swastikas were still there on the floor when she and her family fled Germany to escape.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan komentar, kritik atau saran anda