Baliku Yang Indah | Kajeng Kliwon Merupakan Salah Satu Hari Raya Hindu Di Bali
Hari Keliwon dalam panca wara datang tiap-tiap lima hari sekali.
Pada tiap-tiap hari Keliwon, bersemadilah Sang Hyang Çiwa.
Umat Hindu di Bali harus menyucikan cita (budhi) dengan metirtha gocara. Dilaksanakan dengan cara menghaturkan canang serta wangi-wangian di sanggah dan di atas tempat tidur. Selanjutnya dihaturkan canang reresik wangi-wangian di Parhyangan dan di Kahyangan.
Tiap set segehan itu terdiri dari 2 kepel dan disuguhkan 3 set (tanding), yaitu kepada Sang Tiga Bhucari, diantaranya:
- Di natar sanggah/pemerajan kepada Sang Bhuta Bucari
- Di natar rumah kepada Sang Kala Bucari.
- Di hadapan pintu gerbang pekarangan kepada Sang Durgha Bucari.
Dari Sang Tiga Bucari itu kita memohon, agar memberi keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga kita, serta memperoleh kesempurnaan hidup dan kebahagiaan.
Setelah selesai menghaturkan upacara-upacara itu, lalu bersembahyang kehadapan Dewa Bhatara, terutama kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, mohon keselamatan dunia dan segala isinya.
Kajeng Kliwon
adalah peringatan hari turunnya para bhuta untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama dan pada hari ini pula para bhuta muncul menilai manusia yang melaksanakan dharma.
Kajeng Keliwon datangnya 15 hari sekali.
Upacara dan upakara-upakara yang wajîb dilakukan pada hari Kajeng Keliwon ini, hampir sama dengan upacara dan upakara yang dilakukan pada hari Kliwon sebagai yang telah diuraikan di atas.
Hanya saja segehan-segehannya bertambah dengan nasi-nasi kepel lima warna, yaitu: merah, putih, hitam, kuning, brumbun Tetabuhannya adalah tuak/ arak berem. Di bagian atas, di ambang pintu gerbang (lebuh) harus dihaturkan canang burat wangi dan canang yasa.
Semuanya itu dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Durgha Dewi. Di bawah / di tanah dihaturkan segehan, dipersembahkan kepada Sang Butha Bucari, Sang Kala Bucari, dan Sang Durgha Bucari. maksud dan tujuan menghaturkan segehan manca warna ini yang merupakan perwujudan bhakti dan sradha kita kepada Hyang Siwa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah mengembalikan (Somya) Sang Tiga Bhucari.
Berarti dengan segehan tersebut, kita telah mengembalikan keseimbangan alam niskala dari alam bhuta menjadi alam dewa (penuh sinar), sedangkan:
- Sekalanya kita selalu berbuat Tri Kaya Parisudha, dan
- Niskalanya menyomyakan bhuta menjadi dewa, dengan harapan dunia ini menjadi seimbang.
Agar mendapat keselamatan, kesentosaan dan hidup bahagia, patutlah petunjuk-petunjuk tersebut dilakukan dengan penuh keyakinan, dengan hati budi yang hening suci dan tulus ikhlas.
jenis – jenis Kajeng Kliwon
kajeng kliwon Uwudan, merupakan hari kajeng kliwon yang jatuh setelah bulan purnama
kajeng kliwon Enyitan, merupakan hari kajeng kliwon yang jatuh setelah tilem (bulan mati). ini merupakan dewasa ayu (hari baik) untuk Baik untuk memulai membuat sesikepan atau sesuatu yang berkekuatan gaib, serta memulai belajar spiritual ataupun ilmu gaib.
Pada setiap hari kliwon, umat hindu di Bali mengadakan upakara di rumah maupun di beberapa tempat sesuai adat masing-masing. Adapun penjelasannya diambil dari Lontar Cundarigama;
Pancawara Kliwon
Mwah ana manut Pancawara Kliwon ngaran, samadhin bhatara Siwa, kawenangnia anadah wangi ring sanggah, mwang luhuring haturu, meneher aheningana cita, wehana sasuguh ring natar sanggar mwah dengen, dening: segehan kepel kekalih dadi atanding, wehana pada tigang tanding. Ne ring natar sambat Sang Kala Bhucari, ne ring sanggar sambat Sang Bhuta Bhucari, ring dengen sambat Durga Bhucari. Ikang wehana laba nangken kliwon, saisinia, dan sama hanemu rahayu, paripurna rahasya.
Artinya :
Dan pada hari pancawara, yakni setiap datangnya Hari Kliwon adalah saatnya beryoga Bhatara Siwa, sepatutnya pada saat yaang demikian, melakukan peenyucian dengan menghaturkan wangi-wangi bertempat di pemerajan, dan diatas tempat tidur, sedangkan yang patut disuguhkan di halaman rumah, ialah segehan kepel 2 kepel menjadi satu tanding, dan setiap tempat tersebut diatas disuguhkan 3 tanding yakni : di halaman sanggar kepada Bhuta Bhucari, di dengen kepada Durga Bhucari, untuk di halaman rimah kepada Kala Bhucari.
Adapun maksud memberikan laba setiap hari Kliwon, ialah untuk menjaga pekarangan serta keluarga semuanya mendapat perlindungan dan menjadi bahagia.
Byantara Kliwon
Kunang ring byantara kliwon, prakrtinia kayeng lagi, kayeng kliwon juga, kewala metambehing sege warna, limang tanding, ring samping lawang ne ring luhur; canang wangi-wangi, burat wangi, canang yasa, astawakna ring Hyang Durgadewi, ne ring sor, sambat Sang Durga Bhucari, Kala Bhucari, Bhuta Bhucari, phalania rahayu paripurna wwang maumah, yen tan samangkana ring Bhatara Durgadewi angrubeda ring wwang adruwe umah, angadeken gring mwang angundang desti, teluh, sasab mrana, amasang pamunah, pangalak ring sang maumah, mur sarwa Dewata kabeh, wehaken manusa katadah dening wadwanira Sang Hyang Kala, pareng wadwanira Bhatara Durga. Mangkana pinatuhu, haywa alpa ring ingsun.
Artinya :
Lain lagi pada hari Kajeng Kliwon, pelaksanaan widhiwidananya, seperti halnya pada hari kliwon juga, hanya tambahannya dengan segehan warna 5 tanding, yang disuguhkan pada samping kori sebelah atasnya, ialah: canang wangi-wangi, burat wangi, canang yasa dan yang dipuja adalah Durgadewi. Yang disuguhkan dibawahnya, untuk Sang Durga Bhucari, Kala Bhucari, Bhuta Bhucari, yang maksudnya berkenan memberikan keselamatan kepada penghuni rumah. Sebab kalau tidak dilakukan sedemikian rupa, maka Sang Kala Tiga bhucari akan memohon lelugrahan kepada Bhatara Durga Dewi, untuk merusak penghuni rumah, dengan jalan mengadakan/ menyebarkan penyakit, dan mngundang para pengiwa, segala merana-merana, mengadakan pemalsuan-pemalsuan, yang merajalela di rumah-rumah, yang mngakibatkan perginya para Dewata semua, dan akan memberi kesempatan para penghuni rumah disantap oleh Sanghyang Kala bersama-sama dengan abdi Bhatara Durga. Demikianlah agar disadari, dan jangan menentang pada petunjuk kami.
Sebagaimana dijelaskan pula bahwa, saat malam kajeng kliwon sering dianggap sebagai malam sangkep Leak Bali yang pada umumnya sebagaimana disebutkan, pada malam kajeng kliwon ini para shakta aji pangliyakan akan berkumpul mengadakan puja bakti bersama untuk memuja Shiva, Durga dan Bhairawi.
Ritual kajeng kliwon ini biasanya dilaksanakan di Pura Dalem, Pura Prajapati atau di Kuburan (uluning setra/pemuwunan).
Demikian sekilas tentang Hari Raya Hindu di Bali khususnya hari Kajeng Kliwon.
Sumber : umaseh
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan komentar, kritik atau saran anda