Baliku Yang Indah | Siwaratri
sebuah festival dan hari raya umat Hindu yang merupakan hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa, yang diselenggarakan setiap tahun.
Festival ini dikenal juga dengan sebutan padmarajaratri.
Alternatif nama atau sebutan adalah Maha Siwaratri.
Siwaratri secara harfiah berarti malam agung Dewa Siwa. Festival ini diperingati setiap tahun pada malam ke-13/hari ke-14
di bulan Magha dalam penanggalan Hindu.
Festival ini dirayakan dengan mempersembahkan daun Bael atau Bilwa kepada Dewa Siwa, sepanjang hari berpuasa dan sepanjang malam bergadang. Sepanjang hari seluruh pemuja Dewa Siwa akan melafalkan mantra suci Pancaksara yang didedikasikan kepada Dewa “Om Nama Siwaya“.
Di Nepal, jutaan umat Hindu mengunjungi festival ini bersama-sama dengan umat lainnya di Kuil Pashupatinath.
Selama Mahasiwaratri, Nishita Kala merupakan waktu paling tepat untuk merenungkan Siwa Puja.
Pada hari ini, di semua kuil Dewa Siwa dirayakan Lingodbhawa puja.
Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya).
Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra.
Siwaratri juga disebut hari suci pajagran.
Siwaratri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu).
Brata Siwaratri terdiri dari:
» Utama, melaksanakan: Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara), Upawasa (tidak makan dan tidak minum) dan Jagra (berjaga, tidak tidur).
» Madhya, melaksanakan:Upawasa dan Jagra.
» Nista, hanya melaksanakan: Jagra.
Tata cara melaksanakan Upacara Siwarâtri.
Untuk Sang Sadhaka sesuai dengan dharmaning kawikon.
Untuk Walaka, didahului dengan melaksanakan sucilaksana (mapaheningan) pada pagi hari panglong ping 14 sasih Kapitu. Upacara dimulai pada hari menjelang malam dengan urutan sebagai berikut:
Maprayascita sebagai pembersihan pikiran dan batin.
Ngaturang banten pajati di Sanggar Surya disertai persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Surya, mohon kesaksian- Nya.
Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah sidha dewata mohon bantuan dan tuntunannya.
Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Siwa. Banten ditempatkan pada Sanggar Tutuan atau Palinggih
Padma atau dapat pula pada Piasan di Pamerajan atau Sanggah. Kalau semuanya tidak ada, dapat pula diletakkan pada suatu tempat di halaman terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada Sang Hyang Siwa dan Dewa Samodaya.
Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas tirta pakuluh. Terakhir adalah masegeh di bawah di hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwaratri, ditutup dengan melaksanakan dana punia.
Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati upowasa dan jagra.
Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam).
Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih berisi garam dan minum air putih.
Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam).
Persembahyangan seperti tersebut dalam nomor 4 di atas, dilakukan tiga kali, yaitu pada hari menjelang malam panglong ping 14 sasih Kapitu, pada tengah malam dan besoknya menjelang pagi.
agar lebih memahami makna hari raya siwa ratri, silahkan simak artikel berikut ini:
» Siwaratri Peleburan Dosa
» Makna Perayaan Siwa Ratri
» Siwaratri Malam Introspeksi Diri
» Aplikasi Brata Siwaratri
demikian sekilas tentang Siwaratri, semoga bermanfaat.
Sumber : umaseh
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan komentar, kritik atau saran anda